BAB I
PENGERTIAN,
URGENSI, DAN SIGNIFIKANSI
METODOLOGI STUDI
ISLAM
A. Pengertian
Urgensi dan Signifikansi Metedologi Studi Islam
Metodologi adalah
metode atau cara-cara yang berlaku dalam kajian atau penelitian. Metode yang
dapat digunakan untuk memahami Islam ada dua yakni : Pertama,
metode komparasi yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan
seluruh aspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya, cara
ini akan dihasilkan pemahaman Islam yang objektif dan utuh. Kedua, metode sistesis
yaitu suatu cara memahami islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan
segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya dengan metode
teologis normatif.
B. Ruang Lingkup
Studi Islam
Studi
Islam merupakan suatu disiplin ilmu yang ruang lingkup studi keIslaman dalam
tradisi sarjana barat meliputi pembahasan tentang ajaran, pemikiran, teks,
sejarah, dan institusi keIslaman. Dalam prosesnya, usaha studi islam
mencerminkan suatu transmisi doktrin-doktrin keagamaan dari generasi ke generasi.
Studi islam tidak hanya melibatkan aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan
psikomotorik. Wujud konkrit studi ilmu-ilmu dasar keIslaman mencakup
bidang-bidang studi tentang al-Qur’an dan Hadist, Sejarah dan Peradaban Islam,
Hukum Islam dan Pranata Sosial, Ilmu Kalam-Filsafat dan Tasawuf, dan Pemikiran
Modern dalam Islam.
C.
Kedudukan Metodologi Studi Islam diantara Keilmuan Lain
Kedudukan
Metodologi Studi Islam pembahasannya tidak lain adalah “akumulasi” dari
kajian-kajian substansi keIslaman yang sebelumnya materi intinya bersifat dasar
(pengantar). Kedudukan studi Islam sangatlah penting peranannya karena studi Islam
merupakan disiplin ilmu yang menerangkan dasar seseorang dalam beragama. Mempelajari
metodoligi studi Islam juga di harapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan
hidup bagi umat Islam agar tetap menjadi muslim yang sejati.
D.
Islam sebagai Objek Kajian
Dalam sudut pandang ilmu
pengetahuan, Islam adalah sesuatu yang harus dipelajari, diketahui dan dipahami
dan dalam mengkaji Islam, tentu kita harus berpedoman pada dua sumber
otentiknya yakni al-Qur’an dan hadits.
E. Islam Normatif
dan Historis
Islam
normatif merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan yang berkaitan
dengan akidah dan muamalah. Sedangkan Islam historis adalah Islam yang tidak
bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang
dan waktu. Islam historis merupakan unsur kebudayaan yang di hasilkan oleh
setiap pemikiran manusia dalam interpretasi atau pemahamannya tehadap teks,
maka Islam pada tahap ini terpengaruh bahkan menjadi sebuah kebuda
BAB II
PENGANTAR STUDI
ISLAM
A. Studi Islam
sebagai Disiplin Ilmu
Dilihat
dari segi normatif islam merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan
kepadanya paradigma ilmu-ilmu pengetahuan yaitu paradigma analitis, kritis,
metodologis, historis, dan empiris. Sebagai agama Islam lebih bersifat memihak,
romantic, apologis, dan subyektif. Sedangkan jika dilihat dari segi historis,
yakni Islam dalam arti yang di praktikan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang
dalam kehidupan manusia, maka Islam dapat di katakan sebagai sebuah di siplin
ilmu, yakni Ilmu Ke-Islaman, Islamic Studies, atau Dirasah Islamiyah.
B. Pertumbuhan dan
Objek Studi Islam
Studi
Islam sekarang berkembang hampir di seluruh negara di dunia. Di Indonesia studi
Islam dilaksanakan di UIN, IAIN, STAIN dan sejumlah perguruan tinggi swasta
juga menyelenggarakan studi Islam.
C. Sejarah Metode
dan Pendekatan Studi Islam
Metode terbaik
untuk memperoleh pengetahuan adalah metode ilmiah (scientific method). Untuk
memahami metode ini terlebih dahulu harus mengetahui pengertian ilmu. Ilmu
adalah pengetahuan yang sistematik. Ilmu mengawali penjajahannya dari
pengalaman manusia dan berhenti pada batas pengalaman itu. Metode Studi Islam
dibagi menjadi dua yaitu, metode komparasi dan metode sintesis. Metode ilmiah
di gunakan untuk memahami islam yang nampak dalam kenyataan historis, empiris,
dan sosiologis. Sedangkan metode teologis normatif digunakan untuk memahami Islam
yang terkandung dalam kitab suci. Dan terdapat banyak pendekatan yang digunakan
dalam pembahasan agama, diantaranya adalah pendekatan teologis normatif,
antropologis, sosiologis, psikologis, historis, kebudayaan dan pendekatan
filosofis.
BAB III
PENELITIAN AGAMA
A. Pengertian
Penelitian Agama
Secara
umum penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data
yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan penelitian agama adalah mencari, menelaah, meneliti serta menemukan
jawaban atas permasalahan dan pernyataan seputar keyakinan manusia kepada
sebuah kekuatan diatas kekuatan manusia yang mana kekuatan tersebut
diekspresikan dalam bentuk penyembahan dan pengabdian serta sesuatu yang
dianggap sakral atau suci.
B. Agama Sebagai
Obyek Penelitian
Agama sebagai obyek
kajian atau penelitian karena agama merupakan bagian dari kehidupan sosial
kultural. Penelitian agama bukan meneliti kebenaran teologi atau filosofi
tetapi bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan dan system social berdasarkan
fakta atau realitas sosio-kultural. Dengan demikian kedudukan penelitian agama
adalah sejajar dengan penelitian-penelitian lain, yang membedakannya hanyalah
objek kajian yang ditelitinya.
C. Penelitian
Keagamaan
Penelitian
keagamaan adalah penelitian tentang praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan
oleh manusia secara individual dan kolektif.
D. Kontruksi
Penelitian Agama
Berdasarkan
induksi dengan membanding-bandingkan agama, maka agama mempunyai bentuk-bentuk
tertentu.
Dalam hal ini ada 3 macam istilah
dalam mendekati agama, yaitu
1. Unsur-unsur
atau aspek-aspek yang sama
2. Orde, diberi
tafsiran yang berbeda-beda:
a.
Orde Kosmos
b.
Orde Hukum Etis
3. Tiap-tiap agama dan keyakinan tentang
keterokan-keterokan atau kegagalan, ada kekurangan dan ketidak sempurnaan.
BAB
IV
AGAMA
SEBAGAI IDEOLOGI DAN DOKTRIN
A. Ideologi
1.
Pengertian Ideologi
Ideologi
secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang
menyeluruh dan sistematis. Ideologi juga dapat dianggap sebagai visi yang
komprehensif.
2.
Prinsip-prinsip ideologi
Prinsip-prinsip
Ideologi dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Nilai yang menentukan seluruh hidup manusia.
b.
Gagasan yang diatur dengan baik tentang manusia dan
kehidupannya.
c.
Kesepakatan bersama yang membuat nilai dasar
masyarakat dalam suatu negara.
d.
Pembangkit kesadaran masyarakat akan kemerdekaan.
e.
Gabungan antara pandangan hidup yang merupakan
nilai-nilai-dari suatu bangsa serta dasar negara yang memiliki nilai-nilai
falsafah yang menjadi pedoman hidup suatu bangsa.
f.
B.
Pengertian Doktrin
Istilah
doktrin biasanya berhubungan dengan dua hal yakni, yang pertama, sebagai
penegas suatu kebenaran (a truth), dan kedua berkaitan dengan ajaran (teaching).
Keduanya tidak dapat dipisahkan sebab menegaskan kebenaran adalah melalui
ajaran, sedangkan yang diajarkan berkaitan dengan kebenaran.
C. Agama sebagai Doktrin
Doktrin
agama adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan, suatu ikatan, kesadaran, dan
penyembahan secara spiritual kepada-Nya. Banyak orang berpandangan bahwa doktrin
agama bersumber dari wahyu dan sepakat bahwa agama diperuntukkan bagi manusia. Karena
agama bersumberkan pada wahyu, berarti kebenaran yang muncul bernilai mutlak.
Pada sisi lain, manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Berdasarkan uraian
diatas, kebenaran agama memiliki dua pengertian yakni, kebenaran tekstual atau
wahyu yaitu, kebenaran-kebenaran yang ada dalam kitab-kitab suci dan kebenaran
empirik yaitu, keyakinan manusia beragama berdasarkan tekstual(wahyu).
D. Islam
sebagai Doktrin
Yang
dimaksud Islam sebagai doktrin adalah memandang bahwa Islam sebagai wahyu Allah
sebagaimana ajarannya terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah yang diyakini
kebenarannya dan bersifat mutlak. Doktrin Islam yang paling pokok adalah
trilogi Iman, Islam dan Ihsan.
E.
Bentuk-bentuk Penyikapan Doktrin
Menurut
Raimundo Panikkar ada tiga menyikapan kebenaran agama, yaitu:
1.
Eksklusivisme
Sikap
eksklusivisme menganggap bahwa ajaran yang paling benar ialah ajaran pada agama
yang dipelukknya, sedangkan agama lain wajib dimusnakan.
2.
Inklusivisme
Sikap
inklusivisme menganggap bahwa di luar agama yang dipeluknya juga terdapat
kebenaran meskipun tidak sesempurna agama yang dipeluknya.
3.
Pluralisme
Sikap
pluralism memiliki sikap menyamakan dan menyejajarkan semua kebenaran agama,
sekalipun pada dasarnya memiliki perbedaan.
BAB
V
MODEL-MODEL
PENELITIAN AGAMA: (BAGIAN 2)
AGAMA
SEBAGAI PRODUK BUDAYA
A. Pengertian
Kebudayaan
Kebudayaan
adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap
batin yang dimilikinya. Ilmu mengenai kebudayaan secara garis besar dibagi
menjadi dua ruang lingkup, yaitu:
1.
Berbagai aspek kehidupan yang mengungkapkan masalah
kemanusiaan dan budaya dapat didekati dengan pengetahuan budaya
2.
Hakikat manusia yang satu, tetapi beragam perwujudannya
dalam budaya setiap zaman dan tempat.
B.
Agama sebagai Sasaran Penelitian
Budaya
Agama
sebagai sasaran penelitian budaya berarti menggunakan pendekatan penelitian
yang lazim digunakan dalam penelitian agama.Yang termasuk penelitian budaya
misalnya penelitian tentang naskah-naskah, alat-alat ritus keagamaan,
benda-benda purbakala agama, sejarah agama, nilai-nilai dari mitos yang dianut
oleh pemeluk agama dan sebagainya. Proses interaksi Islam dengan budaya dapat
terjadi dua kemungkinan. Pertama, Islam mewarnai, mengubah, mengolah,
dan memperbaharui agama. ke dua, Justru Islam diwarnai oleh kebudayaan.
C.Pendekatan
Kebudayaan dalam Kajian Agama
Pendekatan
kebudayaan digunakan untuk memahami corak keagamaan dan menambah keyakinan yang
dimiliki oleh suatu masyarakat sesuai dengan ajaran yang benar. Ada empat cirri
fundamental cara kerja pendekatan antropologi terhadap agama. Pertama,
bercorak descriptive, maksudnya
yaitu dilakukan dengan pengamatan yang serius dan terstruktur.Kedua,
dilihat secara lokal practices, yaitu
praktik konkrit dan nyata di lapangan.Ketiga, selalu mencari hubungan
dan keterkaitan antara berbagai ruang kehidupan secara lebih utuh.Keempat,
bersifat comparative, yaitu
memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, social, budaya, dan agama.
BAB VI
AGAMA SEBAGAI PRODUK INTERAKSI
SOSIAL
A. Agama
sebagai Produk Interaksi Sosial
Interaksi
sosial yaitu hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu
dengan masyarakat, serta individu dengan lingkungannya yang dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan sosial. Agama sebagai gejala sosial berhubungan pada
konsep sosiologi agama yang dalam hal ini mempelajari hubungan timbal balik
antara agama dan masyarakat.Penelitian dengan menempatkan agama sebagai hasil
interaksi sosial sebagai obyeknya bisa dilakukan dengan pendekatan yang umumnya
dilakukan di studi sosial.
B.
Penelitian Eksperimental
Penelitian
eksperimental merupakan suatu penelitian dengan menggunakan variabel-variabel
tertentu dalam mempelajari hubungan sebab-akibat terhadap suatu masalah.
Penelitian
eksperimental memiliki beberapa ciri, yaitu:
1.
Adanya perlakuan untuk melihat pengaruh variabel
bebas terhadap veriabel pengikat.
2.
Adanya teknik-teknik tertentu yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai variabel yang diduga akan mempengaruhi variabel terikat
diluar variabel yang sedng dikaji.
3.
Adanya unit-unit eksperimen atau beberapa kelompok
manusia yang menjadi objek kajian.
4.
C. Pengamatan
dan pengamatan Terlibat (Observasi Partisipan)
Pengamatan
merupakan bagian penting dari pengumpulan data, yaitu untuk meningkatkan
kepekaan peneliti dari operasionlaisasi teknik pengumpulan data yang lain,
terutama teknik wawancara. Sedangkan pengamatan terlibat dilakukan untuk
melihat bagaimana cara informan memilih sebuah tindakan tertentu dalam setiap
aktifitasnya. Pada dasarnya pengamatan terlibat selalu melibatkan dua hal pokok
yaitu tentang apa yang dilakukan oleh orang dan apa yang dikatakan oleh orang.
D. Penelitian
Survey dan Analisis Statistik
1.
Penelitian Survey
Penelitian survey adalah salah satu metode
penelitan yang umumnya mengkaji populasi yang besar dengan menggunakan sampel
populasi yang bertujuan untuk membuat deskripsi, generalisasi, atau prediksi
tentang pendapat, perilaku, dan karakteristik yang ada dalam populasi tersebut.
Dalam sebuah penelitian, analisis survey bertujuan untuk penjagaan, deskriptif,
penjelasan, evaluasi, prediksi, penelitian operasional, dan pengembangan
indikator-indikator sosial.
2.
Analisis Statistik
Bentuk
data analisis statistik adalah kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif
adalah data yang disajikan dalam bentuk kata. Sedangkan data kuantitatif adalah
data yang dikumpulkan tentang variabel objek berupa angka.
E.
Analisis Data
Analisis
data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat ditafsirkan. Analisis
data ini dapat dilakukan dalam tiga tahap berikut ini:
1.
Analisis data selama pengumpulan data
Kegiatan
ini dapat dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosil yang sedang diteliti
dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis.
2.
Reduksi Data
Data
tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, dan difokuskan pada
hal-hal yang penting dan berkaitan dengan masalah.
3.
Display Data
Kegiatan
ini dapat dilakukan dengan cara membuat model, matriks atau grafiks sehingga
keseluruhan data dan bagian-bagian detailnya dapat dipetakan dengan jelas.
4.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Data
yang sudah dipolakan akan disusun secara sistematis, kemudian disimpulkan
sehingga makna data tersebut dapat ditemukan. Namun kesimpulan itu hanya sementara.Agar
kesimpulannya sempurna maka dilakukan verifikasi data tersebut dengan melakukan
pengujian terhadap kesimpulan data.
BAB
VII
ISLAM
SEBAGAI SASARAN STUDI DOKTRINAL
A. Islam
sebagai Doktrin
Kata
doktrin berasal dari bahasa Inggris doctrine yang berarti ajaran. Dari kata doctrine itu kemudian dibentuk kata
doktrinal, yang berarti yang berkenaan dengan ajaran atau bersifat
ajaran.Selain kata doctrine sebagaimana
disebut di atas terdapat kata doctrinaire
yang berarti bersifat teoritis yang tidak praktis.
Studi doktrinal ini berarti studi
yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat teoritis
dalam arti tidak praktis.Karena ajaran ini belum dijadikan dasar dalam berbuat
atau mengajarkan sesuatu.Berkenaan dengan Islam sebagai sasaran objek studi
doktrinal berarti studi doktrinal yang dimaksud adalah studi Islam dari
teori-teori yang dikemukaan oleh Islam.
B.
Ruang Lingkup Doktrin Islam
Islam merupakan agama yang sangat
multidimensi yang dapat dikaji dari berbagai aspek baik dari tinjauan
budaya-sosial maupun dari aspek doktrin agama Islam. Apabila ditelaah dari
aspek doktrin maka akan muncul ajaran-ajaran dalam agama Islam yang bisa saja
ajaran tersebut tidak dapat diganggu gugat keberadaannya. Dimana sumber ajaran
islam adalah al-Qur’an dan al-Sunnah diantaranya membahas trilogy doktrin Islam yang biasa
dikenal dengan Iman, Islam, dan Ihsan. Kemudian trilogy berkembang menjadi tiga kerangka dasar Islam yang
digunakan dalam tiga pemikiran Islam yaitu Aqidah, Syariah, Akhlak.
C. Model
Penelitian Islam sebgai Doktrin
1.
Model Penelitian Tafsir
Tafsir adalah suatu ilmu untuk
memahami Kitab Allah SWT.Yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.dan merupakan
penjelas makna-makna serta kesimpulan hikmah dan hukum.
a.
Model Quraish shihab
Model penelitian tafsir yang
dikembangkan oleh shihab yang merupakan model penelitian yang berupaya menggali
sejauh mungkin produk tafsir yang dilakukan ulama-ulama tafsir terdahulu.
b.
Model al-Shirbbasyi
Sumber yang digunakan oleh Asy
Shirbbasyi adalah bahan-bahan bacaan dan kepustakaan yang ditulis oleh para
penafsir.
c.
Model al-Ghazali
Model penelitian tafsir yang
dikembangkan oleh Al-Ghazali bersifat eksploratif, deskriptif, analisis dengan
berdasarkan pada rujukan kitab-kitab yang ditulis ulama terdahulu.
2.
Model Penelitian Hadits
Dalam melakukan penelitian
terhadap hadits, ada beberapa model penelitian yang bisa dilakukan yaitu:
a.
Takhrij hadits
Takhrij adalah menunjukkan atau
mengemukaan letak asal hadits pada sumbernya yang asli.
b.
I'tibar
Al-I'tibar
berarti menyertakan sanad-sanad untuk hadits tertentu agar terlihat
jelasseluruh jalur sanad yang diteliti.
c.
Kritik Sanad
Dalam hal iniyang perlu dikritisi
adalah kepribadian periwayat hadits untuk diketahui apakah riwayat hadits yang
dikemukakannya dapat diterima sebagai hujjah
ataukah harus ditolak.
d.
Kritik Matan
Metode kritik matan, menurut
al-A'zhami, banyak terfokus pada metode mu'aradhah
yakni pencocokan konsep yang menjadi muatan pokok setiap matan hadits,
agar tetap terpelihara keselarasan antara konsep dengan hadits lain dengan
dalil syariat lain.
BAB VIII
AGAMA SEBAGAI
SASARAN STUDI SOSIAL
A. Islam Sebagai Sasaran Studi Sosial
Yang dimaksud islam sebagai sasaran studi
sosial di sini adalah studi tentang islam sebagai gejala sosial. Hal ini
menyangkut keadaan masyarakat penganut agama lengkap dengan struktur, lapisan
serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Menurut M. Atho
Mudzhar dalam bukunya, Ada lima bentuk gejala agama yang perlu diperhatikan
dalam mempelajari atau menstudi agama. Pertama, scripture atau
naskah-naskah atau sumber ajaran dan simbol-simbol agama. Kedua,
penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yaitu yang berkenaan dengan perilaku dan
penghayatan para penganutnya. Ketiga, lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat,
seperti shalat, haji, puasa, dll. Keempat, alat-alat seperti masjid,
gereja, lonceng, dll. Kelima, organisasi-organisasi keagamaan tempat
penganut berkumpul.Agama sebagai gejala sosial bertumpu pada konsep sosiologi
agama.
B. Pandangan Islam terhadap Ilmu Sosial
Islam lebih banyak memperhatikan aspek
kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Dibalik kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dunia modern menyimpan suatu potensi yang dapat
menghancurkan martabat manusia. Dalam keadaan demikian, sudah saatnya untuk
memiliki ilmu pengetahuan sosial yang mampu membebaskan manusia dari berbagai
problema.
C. Ilmu Sosial Bernuansa Islam
Dewasa ini kita butuh ilmu sosial yang
tidak hanya berhenti pada menjelaskan fenomena sosial, tetapi dapat
memecahkannya secara memuaskan. Sampai saat ini banyak sekali ilmu sosial yang
lebih maju atau lebih baik dari sebelumnya, dengan demikian umat islam akan
dapat meluruskan gerak langkah perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi saat
ini dan juga dapat meredam berbagai kerusuhan sosial dan tindakan kriminal
lainnya yang saat ini banyak mewarnai kehidupan. Pemecahan terhadap hal
tersebut salah satu alternatifnya adalah dengan memberikan nuansa keagamaan
pada ilmu sosial yang oleh Kuntowijoyo di sebut ilmu sosial yang profetik.
D. Peran Ilmu Sosial Profetik pada Era Globalisasi
Jika saat ini kita menghadapi kesenjangan sosial
yang diakibatkan oleh perbedaan tingkat ekonomi, maka hal tersebut menunjukkan
bahwa ilmu sosial yang ada sekarang perlu di tinjau kembali antara lain dengan
menerapkan ilmu sosial profetik. Islam berupaya mengikis kesenjangan sosial
tersebut dengan melalui berbagai upaya seperti institusi zakat, infak, sadaqah,
dan lain-lain.Dengan sifat dan karakteristik ajaran islam maka melalui ilmu
sosial yang berwawasan profektik islam siap untuk memasuki era globalisasi. Era
globalisasi yang ditandai dengan adanya perubahan bidang ekonomi, teknologi
sosial, informasi, dan sebagainya akan dapat diambil manfaatnya dengan
sebaik-baiknya, dan dapat dibuang hal-hal yang membahayakan.
BAB
IX
ISLAM
SEBAGAI SASARAN STUDI BUDAYA
A.
BUDAYA ISLAMI
Dalam
metodologi studi Islam kebudayaan adalah suatu cara berpikir, cara pandang(out
look) atau metalitas manusia.
B.
Contoh Kajian Budaya dalam Perkembangan Islam di Jawa
Interaksi
Islam dengan budaya di jawa melahirkan tiga bentuk keIslaman yang punya dasar
pikiran yang berbeda-beda dan kadang memancing konflik antara satu dengan yang
lainnya yaitu, Islam Pesantren, Islam kejawen dan Islam Modernis.
C.
Islam sebagai Sasaran Studi Budaya
1.
Karakteristik Studi Budaya
Dalam konteks dinamisasi kebudayan sebuah
studi budaya di klasifikasikan menjadi dua, yaitu : Pertama, Budaya implisit
merupakan hubungan antar kelompok dan satu kelompok individu yang mengatur dan
mengupayakan agar berperilaku sesuai dengan budaya kelompoknya. Kedua, Budaya eksplisit
merupakan adopsi budaya dari sekelompok individu dengan budaya yang berbeda.
2. Pendekatan Budaya dalam
Memahami Islam
Penelitian budaya adalah penelitian tentang
naskah-naskah (fisologi), alat-alat ritus keagamaan, benda-benda purbakala
agama (arkeologi), sejarah agama, nilai-nilai dari mitos-mitos yang di anut
para pemeluk agama dan sebagainya.
BAB X
KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
A.
Pengertian Islam Menurut Ajaran
Secara
etimologi, kata Islam berasal dari Bahasa Arab, yakni Aslama, yuslimu
islaman yang berarti keselamatan.
Kata ini juga bisa dibentuk dari tiga susunan huruf yaitu sin, lam dan mim.
Kata Islam menurut istilah adalah
mengacu kepada agama yang bersumber dari wahyu yang datang dari Allah SWT.,
Bukan dari manusia dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW.
B.
Karakteristik Ajaran Islam
Karakteristik Ajaran Islam adalah
suatu karakter yang harus dimiliki oleh setiap umat muslim dengan berpedoman
pada al-Qur’an dan Hadits. Karakteristik Islam dalam konsepsi ajarannya :
1.
Dalam bidang akidah
Karakteristik Islam
yang dapat diketahui melalui bidang akidah ini adalah bahwa akidah Islam
bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya.Akidah dalam Islam meliputi
keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib ; ucapan dengan
lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat yaitu menyatakan tiada tuhan selain
Allah, dah bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya; perbuatan dengan amal
sholeh. Dengan demikian akidah Islam bukan sekedar keyakinan dalam hati,
melainkan pada tahap selanjutnya harus
menjadi acuan dan dalam bertingkahlaku, serta berbuat yang pada akhirnya
menimbulkan amal shaleh.
2.
Dalam bidang agama
Menurut Nurcholis Madjid dalam bidang agama,
bahwa Islam mengakui adanya pluralisme, pluralisme adalah aturan Tuhan (Sunnah
Allah) yang tidak akan berubah, sehingga tidak mungkin untuk dilawan atau
diingkari.
Karakterisitik
ajaran Islam selain mengakui adanya pluralisme sebagai kenyataan, juga mengakui
adanya universalisme yakni mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir,
menyuruh berbuat baik dan mengajak pada keselamatan. Inilah sebagai landasan
untuk membangun konsep toleransi dalam beragama.
3.
Dalam bidang ibadah
Secara
harfiah Ibadah berarti bakti manusia kepada Allah SWT, karena didorong dan
dibangkitkan oleh aqidah tauhid. Ibadah di bagi menjadi dua yaitu; ibadah umum
dan Khusus. Ibadah umum ialah segala amalan yang diizinkan Allah sedangkan yang
khusus adalah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya,
tingkat dan cara-caranya yang tertentu. Dalam ibadah tidak boleh ada
“kreatifitas” sebab yang meng create atau membentuk suatu ibadah dalam
Islam dinilai sebagai bid’ah.
4.
Dalam bidang pendidikan
Islam
memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang laki-laki atau
perempuan dan berlangsung sepanjang hayat. Dalam bidang pendidikan Islam
memiliki rumusan yang jelas dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode,
sarana dan lain sebagainya.
5.
Dalam bidang social
Karakteristik
ajara Islam dalam bidang sosia ini, Islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling
menasehati, tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan
derajat), tenggang rasa dan kebersamaan. Kualitas dan ketinggian derajat
seseorang ditentukan oleh ketakwaaannya yang ditunjukkan oleh prestasi
kerjannya yang bermanfaat bagi manusia.
6.
Dalam bidang ekonomi
Pandangan
Islam mengenai kehidupan ekonomi itu dicerminkan dalam ajaran fiqih tentang
bagaimana menjelaskan sesuatu usaha taupun ajaran Islam mengenai berzakat juga
dalam konteks berekonomi.
7.
Dalam bidang kesehatan
Ajaran
Islam memegang prinsip pencegahan lebih baik daripada penyembuhan. Yang dalam
bahasa Arab, prinsip ini berbunyi, al-wiqayah khair min al-‘laj. Untuk
menuju upaya pencegahan tersebut, Islam menekankan segi kebersihan lahir dan
batin.
8.
Dalam bidan politik
Dalam
al-Qur’an surat An-Nisa ayat 156 terdapat perintah mentaati ulil amri yang
terjemahannya termasuk penguasa dibidang politik, pemerintahan dan Negara.
Dalam hal ini Islam tidak menerangkan atau menyuruh ketaatan yang buta tetapi
menghendaki suatu ketaatan yang kritis dan selektif.
9.
Dalam bidang pekerjaan
Islam memandang bahwa kerja
sebagai suatu Ibadah kepada Allah SWT.
Atas dasar ini maka kerja yang di kehendaki Islam adalah kerja yang
bermutu, terarah kepada pengabdian kepada Allah SWT, dan kerja yang bermanfaat
bagi orang lain. Untuk menghasilkan produk pekerjaan yang bermutu haruslah
dilakukan secara professional, yaitu kerja yang didukung pengetahuan, keahlian,
pengalaman, kesungguhan, dan seterusnya.
C.
Karakteristik Islam dalam Bidang Ilmu dan Kebudayaan
Karakteristik Islam
dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka, akomodatif, tetapi juga
selektif. Yakni dari satu segi Islam terbuka dan akomodatif untuk menerima
berbagai masukan dari luar, tetapi bersamaan dengan Islam itu juga selektif,
yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan melainkan
ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam. Demikian pentingnya ilmu hingga
Islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad dijalan
Allah.
BAB
XI
POSISI
SENTRAL AL-QURAN DAN HADIST DALAM STUDI ISLAM
A. Posisi Al-Qur’an dalam Studi Islam
Secara etimologi (bahasa)
Al-Qur’an merupakan masdar dari kata Qara’a mempunyai arti mengumpulkan
dan menghimpun, dan qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu
dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi.
Sedangkan secara terminologi
Al-Qur’an adalah kalamullah yang
diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW, sebagai pedoman bagi umat islam yang
disampaikan melalui perantara jibril melalui jalan mutawattir yang membacanya
dinilai sebagai ibadah yang diawali dengan surat al-fatihah dan ditutup dengan
surat an-Naas.
Cabang
ulumul Qur’an yang pertama kali
dibukukan adalah tafsir Al-Qur’an. ada empat metode yang digunakan untuk menafsirkan
Al-Qur’an yaitu:
1.
Metode Tahlily,
tafsir kata per kata
2.
Metode Ijmaly,
tafsir ayat Al-Qur’an secara garis besar atau global
3.
Metode Muqarin,
tafsir yang membandingkan lafadz dalam Al-Qur’an dengan lafadz lainnya,
hadis dan mufassirin.
4.
Metode Mudhu’i/Tematik
yaitu penafsiran Al-Qur’an dengan cara memilih topik tertentu lalu dicarikan
ayat-ayat yang berhubungan agar satu dengan yang lain saling menjelaskan.
B. Posisi Hadist dalam Studi Islam
Hadis secara bahasa memiliki
makna baru (jadid) atau berita (khabar). Term hadis dalam Al-Qur’an disebutkan
dalam berbagai tempat dan kesemuanya merujuk pada makna khabar. Hadis dari segi
bentuknya dibagi menjadi tiga yaitu hadis qauliy (perkataan), hadis fi’liy
(perbuatan) hadis taqririy (persetujuan).
Selain term hadis, adapula term
lain yang digunakan sebagai pembanding term hadis antara lain:
1.
Sunnah
Sunnah secara bahasa mempunyai
pengertian perjalanan, kebiasaan baik atau buruk ketentuan ilahi dalam mengatur
makhluk-nya.
2.
Khabar
Khabar secara bahasa memiliki
pengertian sesuatu yang dinukil dan dibicarakan atau berita yang disampaikan
dari satu orang ke orang lainnya.
3.
Atsar
Atsar
secara bahasa yaitu jejak atau bekas.
C. Pandangan Teologi tentang Al-Qur’an dan Hadis
Teologi adalah ilmu yang membicarakan
tentang Tuhan dan pertaliannya dengan manusia baik berdasarkan kebenaran wahyu
atau berdasarkan penyelidikan akal murni. Karena pandangan hidup (teologi)
seorang muslim berdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah maka yang menjadi dasar
/fundamental dalam studi islam adalah al-Qur’an dan Hadis itu sendiri. al-Qur’an
diyakini mengandung kebenaran yang mutlak yang bersifat transisdental,
universal dan eternal (abadi). Sehingga secara akidah diyakini oleh pemeluknya
akan sesuai dengan fitrah manusia artinya memenuhi kebutuhan manusia kapanpun
dimanapun.
BAB XII
MACAM – MACAM PENDEKATAN DALAM
STUDI ISLAM [1]
A. Pendekatan Sosiologis
Sosiologis adalah ilmu yang mempelajari
hidup bersama dengan masyarakat dan menyelidiki ikatan – ikatan manusia yang
mengusasai hidupnya. Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan
dalam memahami agama, karena banyak kajian dalam bidang agama yang baru dapat
dipahami secara proposional dan tepat apabila menggunakan ilmu sosiologi. Pendekatan
sosiologi dapat di bedakan dari pendekatan studi agama lainya karena fokus
perhatianya pada interaksi antara agama dan masyarakat.
B.
Pendekatan Historis
Sejarah berasal dari kata Arab syajarah (pohon) dan history dalam
bahasa inggris yang berarti cerita atau kasih. Kajian dengan objek peristiwa
yang terjadi di masa lalu secara disiplin ilmu harus menggunakan pendekatan
sejarah, adapun karakteristik sejarah sebagai pendekatan, yaitu sebagai sebuah
kerangka metodologi di dalam pengkajian atau sesuatu masalah. Agama dan sejarah
tidak dapat di pisahkan.Sebab, sejarah manusia sesungguhnya adalah sejarah
agama.
Sejarah sebagai ilmu tentu saja
mempunyai metode sendiri, yang harus digunakan oleh seorang sejarawan dalam
menulis sesuatu peristiwa.Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis
atau memanjang dalam waktu. Seorang sejarawan dapat menggunakan model
penulisan.
Melalui pendekatan sejarah seorang diajak
untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan peristiwa. Dengan
menggunakan pendekatan sejarah ada lima teori yang digunakan, yaitu :
1. idealisme
approach
2. Reductionalist
approach
3. Diakronik
4. Sinkronik
5. Teori
Pendekatan sejarah pada hakekatnya
merupakan upaya melihat masa lalu melalui masa kini dengan :
1. Pemilihan
Topik
2. Pengumpulan
Sumber
3. Verifikasi
4. Interpretasi
5. Penulisan
C. Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis sebenarnya
sama dengan pendekatan psikologis Islam, perbedaannya hanya pada beberapa
dasarnya dan ruang lingkup nya yang lebih sempit. Pendekatan psikologis
bertujuan untuk menjelaskan keadaan jiwa seseorang.
Bab
XIII Macam-macam Pendekatan Studi Islam.
A.
Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif
dalam pemahaman keagamaan adalah pendekatan studi Islam yang memandang masalah
dari sudut legal formal dan atau normatifnya.Maksud legal formal adalah
hubungan dengan halal-haram, boleh atau tidak, dan sejenisnya. Sementara
normatifnya adalah seluruh ajaran yang terkandung dalam nash. Pada hakekatnya,
ilmu Teologi membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan logika dan
filsafat. Adapun pembahasan yang diusung dalam aliran teologi dalam dunia Islam
menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1.
Konsep Iman
2.
Konsep Keesaan
3.
Konsep Kehendak Mutlak Tuhan
4.
Konsep Kehendak Bebas Manusia
5.
Konsep Keadilan Tuhan
6.
Konsep Kasb Manusia
7.
Konsep Melihat Tuhan di Akhirat
8.
Konsep Janji dan Ancaman Tuhan
9.
Konsep Urgensi Wahyu
10. Konsep
Status al-Qur’an
B.
Pendekatan Filologis
Filologis berasal dari kata dalam
bahasa Yunani, yaitu kata “philos” yang berarti “cinta” dan “logos” diartikan
“kata”. Pada kata “filologis” kedua kata itu secara harfiyah membentuk arti
“cinta kata-kata” atau “senang belajar” atau “senang kebudayaan”. Sedangkan
dalam bahasa Arab, filologi adalah ilmu tahqiq
an-nushush (penelitian untuk mengetahui hakikat suatu tulisan).Kegiatan
filologi yang menitik beratkan pada bacaan yang salah ini disebut dengan filologi tradisional. Beberapa langkah
yag harus dilakukan dalam hal ini adalah:
1.
Inventarisasi Naskah
2.
Deskripsi Naskah
3.
Pengempolokan dan Perbandingan Teks
4.
Transliterasi
5.
Terjemahan
6.
Analisis
C.
Pendekatan Hukum Islam
Istilah “Hukum Islam” merupakan
rangkaian kata yang popular dan dipergunakan dalam bahasa Indonesia. Dalam
pembicaraan tentang hokum Islam yang terdapat dalam literature bahasa Arab
adalah “fiqh” dan “syariat” atau “hokum syara”. Para ahli hokum Islam
mendefinisikan fikih adalah ilmu pengetahuan tentang hokum-hukum syara’ yang
bersifat operasional (amaliyah) yang dihasilkan dari dalil-dalil yang
terpecaya.
Perkembangan
hokum islam sendiri terbagi menjadi empat periode:
1. Periode
Rasulullah
2. Periode
Sahabat
3. Periode
Ijtihad
4. Periode
Taqlid
D.
Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologi tidak
dapat dipisahkan dari disiplin ilmu Antropologi karena pendekatan banyak
mengadopsi dari disiplin ilmu tersebut. Antropologi sendiri secara etimologis
berasal dari bahasa Yunani , yaitu kata anthropos
yang berarti “manusia” atau “orang”, dan logos yang berarti “wacana” (dalam
pengertian “bernalar”, “berakal”) antropologi mempelajari manusia sebagai
makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Langkah dan tahapan pendekatan antrologi dalam studi Islam memiliki
empat ciri fundamental :
1. Deksriptif
2. Local
praktis
3. Kertekaitan
antar domain kehidupan secara lebih utuh
4. Komparatif
E. Penggalian data
Penggalian
data dalam penelitian agama dapat menggunakan kamar fenomenologi. Tujuan dari
fenomologi adalah tercapainya kesadaran murni tentang suatu hal kepada subjek
yang mengamati dan mendekatinnya. BAB I
PENGERTIAN,
URGENSI, DAN SIGNIFIKANSI
METODOLOGI STUDI
ISLAM
A. Pengertian
Urgensi dan Signifikansi Metedologi Studi Islam
Metodologi adalah
metode atau cara-cara yang berlaku dalam kajian atau penelitian. Metode yang
dapat digunakan untuk memahami Islam ada dua yakni : Pertama,
metode komparasi yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan
seluruh aspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya, cara
ini akan dihasilkan pemahaman Islam yang objektif dan utuh. Kedua, metode sistesis
yaitu suatu cara memahami islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan
segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya dengan metode
teologis normatif.
B. Ruang Lingkup
Studi Islam
Studi
Islam merupakan suatu disiplin ilmu yang ruang lingkup studi keIslaman dalam
tradisi sarjana barat meliputi pembahasan tentang ajaran, pemikiran, teks,
sejarah, dan institusi keIslaman. Dalam prosesnya, usaha studi islam
mencerminkan suatu transmisi doktrin-doktrin keagamaan dari generasi ke generasi.
Studi islam tidak hanya melibatkan aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan
psikomotorik. Wujud konkrit studi ilmu-ilmu dasar keIslaman mencakup
bidang-bidang studi tentang al-Qur’an dan Hadist, Sejarah dan Peradaban Islam,
Hukum Islam dan Pranata Sosial, Ilmu Kalam-Filsafat dan Tasawuf, dan Pemikiran
Modern dalam Islam.
C.
Kedudukan Metodologi Studi Islam diantara Keilmuan Lain
Kedudukan
Metodologi Studi Islam pembahasannya tidak lain adalah “akumulasi” dari
kajian-kajian substansi keIslaman yang sebelumnya materi intinya bersifat dasar
(pengantar). Kedudukan studi Islam sangatlah penting peranannya karena studi Islam
merupakan disiplin ilmu yang menerangkan dasar seseorang dalam beragama. Mempelajari
metodoligi studi Islam juga di harapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan
hidup bagi umat Islam agar tetap menjadi muslim yang sejati.
D.
Islam sebagai Objek Kajian
Dalam sudut pandang ilmu
pengetahuan, Islam adalah sesuatu yang harus dipelajari, diketahui dan dipahami
dan dalam mengkaji Islam, tentu kita harus berpedoman pada dua sumber
otentiknya yakni al-Qur’an dan hadits.
E. Islam Normatif
dan Historis
Islam
normatif merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan yang berkaitan
dengan akidah dan muamalah. Sedangkan Islam historis adalah Islam yang tidak
bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang
dan waktu. Islam historis merupakan unsur kebudayaan yang di hasilkan oleh
setiap pemikiran manusia dalam interpretasi atau pemahamannya tehadap teks,
maka Islam pada tahap ini terpengaruh bahkan menjadi sebuah kebudayaan.
BAB II
PENGANTAR STUDI
ISLAM
A. Studi Islam
sebagai Disiplin Ilmu
Dilihat
dari segi normatif islam merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan
kepadanya paradigma ilmu-ilmu pengetahuan yaitu paradigma analitis, kritis,
metodologis, historis, dan empiris. Sebagai agama Islam lebih bersifat memihak,
romantic, apologis, dan subyektif. Sedangkan jika dilihat dari segi historis,
yakni Islam dalam arti yang di praktikan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang
dalam kehidupan manusia, maka Islam dapat di katakan sebagai sebuah di siplin
ilmu, yakni Ilmu Ke-Islaman, Islamic Studies, atau Dirasah Islamiyah.
B. Pertumbuhan dan
Objek Studi Islam
Studi
Islam sekarang berkembang hampir di seluruh negara di dunia. Di Indonesia studi
Islam dilaksanakan di UIN, IAIN, STAIN dan sejumlah perguruan tinggi swasta
juga menyelenggarakan studi Islam.
C. Sejarah Metode
dan Pendekatan Studi Islam
Metode terbaik
untuk memperoleh pengetahuan adalah metode ilmiah (scientific method). Untuk
memahami metode ini terlebih dahulu harus mengetahui pengertian ilmu. Ilmu
adalah pengetahuan yang sistematik. Ilmu mengawali penjajahannya dari
pengalaman manusia dan berhenti pada batas pengalaman itu. Metode Studi Islam
dibagi menjadi dua yaitu, metode komparasi dan metode sintesis. Metode ilmiah
di gunakan untuk memahami islam yang nampak dalam kenyataan historis, empiris,
dan sosiologis. Sedangkan metode teologis normatif digunakan untuk memahami Islam
yang terkandung dalam kitab suci. Dan terdapat banyak pendekatan yang digunakan
dalam pembahasan agama, diantaranya adalah pendekatan teologis normatif,
antropologis, sosiologis, psikologis, historis, kebudayaan dan pendekatan
filosofis.
BAB III
PENELITIAN AGAMA
A. Pengertian
Penelitian Agama
Secara
umum penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data
yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan penelitian agama adalah mencari, menelaah, meneliti serta menemukan
jawaban atas permasalahan dan pernyataan seputar keyakinan manusia kepada
sebuah kekuatan diatas kekuatan manusia yang mana kekuatan tersebut
diekspresikan dalam bentuk penyembahan dan pengabdian serta sesuatu yang
dianggap sakral atau suci.
B. Agama Sebagai
Obyek Penelitian
Agama sebagai obyek
kajian atau penelitian karena agama merupakan bagian dari kehidupan sosial
kultural. Penelitian agama bukan meneliti kebenaran teologi atau filosofi
tetapi bagaimana agama itu ada dalam kebudayaan dan system social berdasarkan
fakta atau realitas sosio-kultural. Dengan demikian kedudukan penelitian agama
adalah sejajar dengan penelitian-penelitian lain, yang membedakannya hanyalah
objek kajian yang ditelitinya.
C. Penelitian
Keagamaan
Penelitian
keagamaan adalah penelitian tentang praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan
oleh manusia secara individual dan kolektif.
D. Kontruksi
Penelitian Agama
Berdasarkan
induksi dengan membanding-bandingkan agama, maka agama mempunyai bentuk-bentuk
tertentu.
Dalam hal ini ada 3 macam istilah
dalam mendekati agama, yaitu
1. Unsur-unsur
atau aspek-aspek yang sama
2. Orde, diberi
tafsiran yang berbeda-beda:
a.
Orde Kosmos
b.
Orde Hukum Etis
3. Tiap-tiap agama dan keyakinan tentang
keterokan-keterokan atau kegagalan, ada kekurangan dan ketidak sempurnaan.
BAB
IV
AGAMA
SEBAGAI IDEOLOGI DAN DOKTRIN
A. Ideologi
1.
Pengertian Ideologi
Ideologi
secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang
menyeluruh dan sistematis. Ideologi juga dapat dianggap sebagai visi yang
komprehensif.
2.
Prinsip-prinsip ideologi
Prinsip-prinsip
Ideologi dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Nilai yang menentukan seluruh hidup manusia.
b.
Gagasan yang diatur dengan baik tentang manusia dan
kehidupannya.
c.
Kesepakatan bersama yang membuat nilai dasar
masyarakat dalam suatu negara.
d.
Pembangkit kesadaran masyarakat akan kemerdekaan.
e.
Gabungan antara pandangan hidup yang merupakan
nilai-nilai-dari suatu bangsa serta dasar negara yang memiliki nilai-nilai
falsafah yang menjadi pedoman hidup suatu bangsa.
f.
B.
Pengertian Doktrin
Istilah
doktrin biasanya berhubungan dengan dua hal yakni, yang pertama, sebagai
penegas suatu kebenaran (a truth), dan kedua berkaitan dengan ajaran (teaching).
Keduanya tidak dapat dipisahkan sebab menegaskan kebenaran adalah melalui
ajaran, sedangkan yang diajarkan berkaitan dengan kebenaran.
C. Agama sebagai Doktrin
Doktrin
agama adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan, suatu ikatan, kesadaran, dan
penyembahan secara spiritual kepada-Nya. Banyak orang berpandangan bahwa doktrin
agama bersumber dari wahyu dan sepakat bahwa agama diperuntukkan bagi manusia. Karena
agama bersumberkan pada wahyu, berarti kebenaran yang muncul bernilai mutlak.
Pada sisi lain, manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Berdasarkan uraian
diatas, kebenaran agama memiliki dua pengertian yakni, kebenaran tekstual atau
wahyu yaitu, kebenaran-kebenaran yang ada dalam kitab-kitab suci dan kebenaran
empirik yaitu, keyakinan manusia beragama berdasarkan tekstual(wahyu).
D. Islam
sebagai Doktrin
Yang
dimaksud Islam sebagai doktrin adalah memandang bahwa Islam sebagai wahyu Allah
sebagaimana ajarannya terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah yang diyakini
kebenarannya dan bersifat mutlak. Doktrin Islam yang paling pokok adalah
trilogi Iman, Islam dan Ihsan.
E.
Bentuk-bentuk Penyikapan Doktrin
Menurut
Raimundo Panikkar ada tiga menyikapan kebenaran agama, yaitu:
1.
Eksklusivisme
Sikap
eksklusivisme menganggap bahwa ajaran yang paling benar ialah ajaran pada agama
yang dipelukknya, sedangkan agama lain wajib dimusnakan.
2.
Inklusivisme
Sikap
inklusivisme menganggap bahwa di luar agama yang dipeluknya juga terdapat
kebenaran meskipun tidak sesempurna agama yang dipeluknya.
3.
Pluralisme
Sikap
pluralism memiliki sikap menyamakan dan menyejajarkan semua kebenaran agama,
sekalipun pada dasarnya memiliki perbedaan.
BAB
V
MODEL-MODEL
PENELITIAN AGAMA: (BAGIAN 2)
AGAMA
SEBAGAI PRODUK BUDAYA
A. Pengertian
Kebudayaan
Kebudayaan
adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap
batin yang dimilikinya. Ilmu mengenai kebudayaan secara garis besar dibagi
menjadi dua ruang lingkup, yaitu:
1.
Berbagai aspek kehidupan yang mengungkapkan masalah
kemanusiaan dan budaya dapat didekati dengan pengetahuan budaya
2.
Hakikat manusia yang satu, tetapi beragam perwujudannya
dalam budaya setiap zaman dan tempat.
B.
Agama sebagai Sasaran Penelitian
Budaya
Agama
sebagai sasaran penelitian budaya berarti menggunakan pendekatan penelitian
yang lazim digunakan dalam penelitian agama.Yang termasuk penelitian budaya
misalnya penelitian tentang naskah-naskah, alat-alat ritus keagamaan,
benda-benda purbakala agama, sejarah agama, nilai-nilai dari mitos yang dianut
oleh pemeluk agama dan sebagainya. Proses interaksi Islam dengan budaya dapat
terjadi dua kemungkinan. Pertama, Islam mewarnai, mengubah, mengolah,
dan memperbaharui agama. ke dua, Justru Islam diwarnai oleh kebudayaan.
C.Pendekatan
Kebudayaan dalam Kajian Agama
Pendekatan
kebudayaan digunakan untuk memahami corak keagamaan dan menambah keyakinan yang
dimiliki oleh suatu masyarakat sesuai dengan ajaran yang benar. Ada empat cirri
fundamental cara kerja pendekatan antropologi terhadap agama. Pertama,
bercorak descriptive, maksudnya
yaitu dilakukan dengan pengamatan yang serius dan terstruktur.Kedua,
dilihat secara lokal practices, yaitu
praktik konkrit dan nyata di lapangan.Ketiga, selalu mencari hubungan
dan keterkaitan antara berbagai ruang kehidupan secara lebih utuh.Keempat,
bersifat comparative, yaitu
memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, social, budaya, dan agama.
BAB VI
AGAMA SEBAGAI PRODUK INTERAKSI
SOSIAL
A. Agama
sebagai Produk Interaksi Sosial
Interaksi
sosial yaitu hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu
dengan masyarakat, serta individu dengan lingkungannya yang dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan sosial. Agama sebagai gejala sosial berhubungan pada
konsep sosiologi agama yang dalam hal ini mempelajari hubungan timbal balik
antara agama dan masyarakat.Penelitian dengan menempatkan agama sebagai hasil
interaksi sosial sebagai obyeknya bisa dilakukan dengan pendekatan yang umumnya
dilakukan di studi sosial.
B.
Penelitian Eksperimental
Penelitian
eksperimental merupakan suatu penelitian dengan menggunakan variabel-variabel
tertentu dalam mempelajari hubungan sebab-akibat terhadap suatu masalah.
Penelitian
eksperimental memiliki beberapa ciri, yaitu:
1.
Adanya perlakuan untuk melihat pengaruh variabel
bebas terhadap veriabel pengikat.
2.
Adanya teknik-teknik tertentu yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai variabel yang diduga akan mempengaruhi variabel terikat
diluar variabel yang sedng dikaji.
3.
Adanya unit-unit eksperimen atau beberapa kelompok
manusia yang menjadi objek kajian.
4.
C. Pengamatan
dan pengamatan Terlibat (Observasi Partisipan)
Pengamatan
merupakan bagian penting dari pengumpulan data, yaitu untuk meningkatkan
kepekaan peneliti dari operasionlaisasi teknik pengumpulan data yang lain,
terutama teknik wawancara. Sedangkan pengamatan terlibat dilakukan untuk
melihat bagaimana cara informan memilih sebuah tindakan tertentu dalam setiap
aktifitasnya. Pada dasarnya pengamatan terlibat selalu melibatkan dua hal pokok
yaitu tentang apa yang dilakukan oleh orang dan apa yang dikatakan oleh orang.
D. Penelitian
Survey dan Analisis Statistik
1.
Penelitian Survey
Penelitian survey adalah salah satu metode
penelitan yang umumnya mengkaji populasi yang besar dengan menggunakan sampel
populasi yang bertujuan untuk membuat deskripsi, generalisasi, atau prediksi
tentang pendapat, perilaku, dan karakteristik yang ada dalam populasi tersebut.
Dalam sebuah penelitian, analisis survey bertujuan untuk penjagaan, deskriptif,
penjelasan, evaluasi, prediksi, penelitian operasional, dan pengembangan
indikator-indikator sosial.
2.
Analisis Statistik
Bentuk
data analisis statistik adalah kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif
adalah data yang disajikan dalam bentuk kata. Sedangkan data kuantitatif adalah
data yang dikumpulkan tentang variabel objek berupa angka.
E.
Analisis Data
Analisis
data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat ditafsirkan. Analisis
data ini dapat dilakukan dalam tiga tahap berikut ini:
1.
Analisis data selama pengumpulan data
Kegiatan
ini dapat dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosil yang sedang diteliti
dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis.
2.
Reduksi Data
Data
tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, dan difokuskan pada
hal-hal yang penting dan berkaitan dengan masalah.
3.
Display Data
Kegiatan
ini dapat dilakukan dengan cara membuat model, matriks atau grafiks sehingga
keseluruhan data dan bagian-bagian detailnya dapat dipetakan dengan jelas.
4.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Data
yang sudah dipolakan akan disusun secara sistematis, kemudian disimpulkan
sehingga makna data tersebut dapat ditemukan. Namun kesimpulan itu hanya sementara.Agar
kesimpulannya sempurna maka dilakukan verifikasi data tersebut dengan melakukan
pengujian terhadap kesimpulan data.
BAB
VII
ISLAM
SEBAGAI SASARAN STUDI DOKTRINAL
A. Islam
sebagai Doktrin
Kata
doktrin berasal dari bahasa Inggris doctrine yang berarti ajaran. Dari kata doctrine itu kemudian dibentuk kata
doktrinal, yang berarti yang berkenaan dengan ajaran atau bersifat
ajaran.Selain kata doctrine sebagaimana
disebut di atas terdapat kata doctrinaire
yang berarti bersifat teoritis yang tidak praktis.
Studi doktrinal ini berarti studi
yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat teoritis
dalam arti tidak praktis.Karena ajaran ini belum dijadikan dasar dalam berbuat
atau mengajarkan sesuatu.Berkenaan dengan Islam sebagai sasaran objek studi
doktrinal berarti studi doktrinal yang dimaksud adalah studi Islam dari
teori-teori yang dikemukaan oleh Islam.
B.
Ruang Lingkup Doktrin Islam
Islam merupakan agama yang sangat
multidimensi yang dapat dikaji dari berbagai aspek baik dari tinjauan
budaya-sosial maupun dari aspek doktrin agama Islam. Apabila ditelaah dari
aspek doktrin maka akan muncul ajaran-ajaran dalam agama Islam yang bisa saja
ajaran tersebut tidak dapat diganggu gugat keberadaannya. Dimana sumber ajaran
islam adalah al-Qur’an dan al-Sunnah diantaranya membahas trilogy doktrin Islam yang biasa
dikenal dengan Iman, Islam, dan Ihsan. Kemudian trilogy berkembang menjadi tiga kerangka dasar Islam yang
digunakan dalam tiga pemikiran Islam yaitu Aqidah, Syariah, Akhlak.
C. Model
Penelitian Islam sebgai Doktrin
1.
Model Penelitian Tafsir
Tafsir adalah suatu ilmu untuk
memahami Kitab Allah SWT.Yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.dan merupakan
penjelas makna-makna serta kesimpulan hikmah dan hukum.
a.
Model Quraish shihab
Model penelitian tafsir yang
dikembangkan oleh shihab yang merupakan model penelitian yang berupaya menggali
sejauh mungkin produk tafsir yang dilakukan ulama-ulama tafsir terdahulu.
b.
Model al-Shirbbasyi
Sumber yang digunakan oleh Asy
Shirbbasyi adalah bahan-bahan bacaan dan kepustakaan yang ditulis oleh para
penafsir.
c.
Model al-Ghazali
Model penelitian tafsir yang
dikembangkan oleh Al-Ghazali bersifat eksploratif, deskriptif, analisis dengan
berdasarkan pada rujukan kitab-kitab yang ditulis ulama terdahulu.
2.
Model Penelitian Hadits
Dalam melakukan penelitian
terhadap hadits, ada beberapa model penelitian yang bisa dilakukan yaitu:
a.
Takhrij hadits
Takhrij adalah menunjukkan atau
mengemukaan letak asal hadits pada sumbernya yang asli.
b.
I'tibar
Al-I'tibar
berarti menyertakan sanad-sanad untuk hadits tertentu agar terlihat
jelasseluruh jalur sanad yang diteliti.
c.
Kritik Sanad
Dalam hal iniyang perlu dikritisi
adalah kepribadian periwayat hadits untuk diketahui apakah riwayat hadits yang
dikemukakannya dapat diterima sebagai hujjah
ataukah harus ditolak.
d.
Kritik Matan
Metode kritik matan, menurut
al-A'zhami, banyak terfokus pada metode mu'aradhah
yakni pencocokan konsep yang menjadi muatan pokok setiap matan hadits,
agar tetap terpelihara keselarasan antara konsep dengan hadits lain dengan
dalil syariat lain.
BAB VIII
AGAMA SEBAGAI
SASARAN STUDI SOSIAL
A. Islam Sebagai Sasaran Studi Sosial
Yang dimaksud islam sebagai sasaran studi
sosial di sini adalah studi tentang islam sebagai gejala sosial. Hal ini
menyangkut keadaan masyarakat penganut agama lengkap dengan struktur, lapisan
serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Menurut M. Atho
Mudzhar dalam bukunya, Ada lima bentuk gejala agama yang perlu diperhatikan
dalam mempelajari atau menstudi agama. Pertama, scripture atau
naskah-naskah atau sumber ajaran dan simbol-simbol agama. Kedua,
penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yaitu yang berkenaan dengan perilaku dan
penghayatan para penganutnya. Ketiga, lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat,
seperti shalat, haji, puasa, dll. Keempat, alat-alat seperti masjid,
gereja, lonceng, dll. Kelima, organisasi-organisasi keagamaan tempat
penganut berkumpul.Agama sebagai gejala sosial bertumpu pada konsep sosiologi
agama.
B. Pandangan Islam terhadap Ilmu Sosial
Islam lebih banyak memperhatikan aspek
kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Dibalik kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dunia modern menyimpan suatu potensi yang dapat
menghancurkan martabat manusia. Dalam keadaan demikian, sudah saatnya untuk
memiliki ilmu pengetahuan sosial yang mampu membebaskan manusia dari berbagai
problema.
C. Ilmu Sosial Bernuansa Islam
Dewasa ini kita butuh ilmu sosial yang
tidak hanya berhenti pada menjelaskan fenomena sosial, tetapi dapat
memecahkannya secara memuaskan. Sampai saat ini banyak sekali ilmu sosial yang
lebih maju atau lebih baik dari sebelumnya, dengan demikian umat islam akan
dapat meluruskan gerak langkah perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi saat
ini dan juga dapat meredam berbagai kerusuhan sosial dan tindakan kriminal
lainnya yang saat ini banyak mewarnai kehidupan. Pemecahan terhadap hal
tersebut salah satu alternatifnya adalah dengan memberikan nuansa keagamaan
pada ilmu sosial yang oleh Kuntowijoyo di sebut ilmu sosial yang profetik.
D. Peran Ilmu Sosial Profetik pada Era Globalisasi
Jika saat ini kita menghadapi kesenjangan sosial
yang diakibatkan oleh perbedaan tingkat ekonomi, maka hal tersebut menunjukkan
bahwa ilmu sosial yang ada sekarang perlu di tinjau kembali antara lain dengan
menerapkan ilmu sosial profetik. Islam berupaya mengikis kesenjangan sosial
tersebut dengan melalui berbagai upaya seperti institusi zakat, infak, sadaqah,
dan lain-lain.Dengan sifat dan karakteristik ajaran islam maka melalui ilmu
sosial yang berwawasan profektik islam siap untuk memasuki era globalisasi. Era
globalisasi yang ditandai dengan adanya perubahan bidang ekonomi, teknologi
sosial, informasi, dan sebagainya akan dapat diambil manfaatnya dengan
sebaik-baiknya, dan dapat dibuang hal-hal yang membahayakan.
BAB
IX
ISLAM
SEBAGAI SASARAN STUDI BUDAYA
A.
BUDAYA ISLAMI
Dalam
metodologi studi Islam kebudayaan adalah suatu cara berpikir, cara pandang(out
look) atau metalitas manusia.
B.
Contoh Kajian Budaya dalam Perkembangan Islam di Jawa
Interaksi
Islam dengan budaya di jawa melahirkan tiga bentuk keIslaman yang punya dasar
pikiran yang berbeda-beda dan kadang memancing konflik antara satu dengan yang
lainnya yaitu, Islam Pesantren, Islam kejawen dan Islam Modernis.
C.
Islam sebagai Sasaran Studi Budaya
1.
Karakteristik Studi Budaya
Dalam konteks dinamisasi kebudayan sebuah
studi budaya di klasifikasikan menjadi dua, yaitu : Pertama, Budaya implisit
merupakan hubungan antar kelompok dan satu kelompok individu yang mengatur dan
mengupayakan agar berperilaku sesuai dengan budaya kelompoknya. Kedua, Budaya eksplisit
merupakan adopsi budaya dari sekelompok individu dengan budaya yang berbeda.
2. Pendekatan Budaya dalam
Memahami Islam
Penelitian budaya adalah penelitian tentang
naskah-naskah (fisologi), alat-alat ritus keagamaan, benda-benda purbakala
agama (arkeologi), sejarah agama, nilai-nilai dari mitos-mitos yang di anut
para pemeluk agama dan sebagainya.
BAB X
KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
A.
Pengertian Islam Menurut Ajaran
Secara
etimologi, kata Islam berasal dari Bahasa Arab, yakni Aslama, yuslimu
islaman yang berarti keselamatan.
Kata ini juga bisa dibentuk dari tiga susunan huruf yaitu sin, lam dan mim.
Kata Islam menurut istilah adalah
mengacu kepada agama yang bersumber dari wahyu yang datang dari Allah SWT.,
Bukan dari manusia dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW.
B.
Karakteristik Ajaran Islam
Karakteristik Ajaran Islam adalah
suatu karakter yang harus dimiliki oleh setiap umat muslim dengan berpedoman
pada al-Qur’an dan Hadits. Karakteristik Islam dalam konsepsi ajarannya :
1.
Dalam bidang akidah
Karakteristik Islam
yang dapat diketahui melalui bidang akidah ini adalah bahwa akidah Islam
bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya.Akidah dalam Islam meliputi
keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib ; ucapan dengan
lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat yaitu menyatakan tiada tuhan selain
Allah, dah bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya; perbuatan dengan amal
sholeh. Dengan demikian akidah Islam bukan sekedar keyakinan dalam hati,
melainkan pada tahap selanjutnya harus
menjadi acuan dan dalam bertingkahlaku, serta berbuat yang pada akhirnya
menimbulkan amal shaleh.
2.
Dalam bidang agama
Menurut Nurcholis Madjid dalam bidang agama,
bahwa Islam mengakui adanya pluralisme, pluralisme adalah aturan Tuhan (Sunnah
Allah) yang tidak akan berubah, sehingga tidak mungkin untuk dilawan atau
diingkari.
Karakterisitik
ajaran Islam selain mengakui adanya pluralisme sebagai kenyataan, juga mengakui
adanya universalisme yakni mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir,
menyuruh berbuat baik dan mengajak pada keselamatan. Inilah sebagai landasan
untuk membangun konsep toleransi dalam beragama.
3.
Dalam bidang ibadah
Secara
harfiah Ibadah berarti bakti manusia kepada Allah SWT, karena didorong dan
dibangkitkan oleh aqidah tauhid. Ibadah di bagi menjadi dua yaitu; ibadah umum
dan Khusus. Ibadah umum ialah segala amalan yang diizinkan Allah sedangkan yang
khusus adalah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya,
tingkat dan cara-caranya yang tertentu. Dalam ibadah tidak boleh ada
“kreatifitas” sebab yang meng create atau membentuk suatu ibadah dalam
Islam dinilai sebagai bid’ah.
4.
Dalam bidang pendidikan
Islam
memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang laki-laki atau
perempuan dan berlangsung sepanjang hayat. Dalam bidang pendidikan Islam
memiliki rumusan yang jelas dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode,
sarana dan lain sebagainya.
5.
Dalam bidang social
Karakteristik
ajara Islam dalam bidang sosia ini, Islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling
menasehati, tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan
derajat), tenggang rasa dan kebersamaan. Kualitas dan ketinggian derajat
seseorang ditentukan oleh ketakwaaannya yang ditunjukkan oleh prestasi
kerjannya yang bermanfaat bagi manusia.
6.
Dalam bidang ekonomi
Pandangan
Islam mengenai kehidupan ekonomi itu dicerminkan dalam ajaran fiqih tentang
bagaimana menjelaskan sesuatu usaha taupun ajaran Islam mengenai berzakat juga
dalam konteks berekonomi.
7.
Dalam bidang kesehatan
Ajaran
Islam memegang prinsip pencegahan lebih baik daripada penyembuhan. Yang dalam
bahasa Arab, prinsip ini berbunyi, al-wiqayah khair min al-‘laj. Untuk
menuju upaya pencegahan tersebut, Islam menekankan segi kebersihan lahir dan
batin.
8.
Dalam bidan politik
Dalam
al-Qur’an surat An-Nisa ayat 156 terdapat perintah mentaati ulil amri yang
terjemahannya termasuk penguasa dibidang politik, pemerintahan dan Negara.
Dalam hal ini Islam tidak menerangkan atau menyuruh ketaatan yang buta tetapi
menghendaki suatu ketaatan yang kritis dan selektif.
9.
Dalam bidang pekerjaan
Islam memandang bahwa kerja
sebagai suatu Ibadah kepada Allah SWT.
Atas dasar ini maka kerja yang di kehendaki Islam adalah kerja yang
bermutu, terarah kepada pengabdian kepada Allah SWT, dan kerja yang bermanfaat
bagi orang lain. Untuk menghasilkan produk pekerjaan yang bermutu haruslah
dilakukan secara professional, yaitu kerja yang didukung pengetahuan, keahlian,
pengalaman, kesungguhan, dan seterusnya.
C.
Karakteristik Islam dalam Bidang Ilmu dan Kebudayaan
Karakteristik Islam
dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka, akomodatif, tetapi juga
selektif. Yakni dari satu segi Islam terbuka dan akomodatif untuk menerima
berbagai masukan dari luar, tetapi bersamaan dengan Islam itu juga selektif,
yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan melainkan
ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam. Demikian pentingnya ilmu hingga
Islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad dijalan
Allah.
BAB
XI
POSISI
SENTRAL AL-QURAN DAN HADIST DALAM STUDI ISLAM
A. Posisi Al-Qur’an dalam Studi Islam
Secara etimologi (bahasa)
Al-Qur’an merupakan masdar dari kata Qara’a mempunyai arti mengumpulkan
dan menghimpun, dan qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu
dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi.
Sedangkan secara terminologi
Al-Qur’an adalah kalamullah yang
diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW, sebagai pedoman bagi umat islam yang
disampaikan melalui perantara jibril melalui jalan mutawattir yang membacanya
dinilai sebagai ibadah yang diawali dengan surat al-fatihah dan ditutup dengan
surat an-Naas.
Cabang
ulumul Qur’an yang pertama kali
dibukukan adalah tafsir Al-Qur’an. ada empat metode yang digunakan untuk menafsirkan
Al-Qur’an yaitu:
1.
Metode Tahlily,
tafsir kata per kata
2.
Metode Ijmaly,
tafsir ayat Al-Qur’an secara garis besar atau global
3.
Metode Muqarin,
tafsir yang membandingkan lafadz dalam Al-Qur’an dengan lafadz lainnya,
hadis dan mufassirin.
4.
Metode Mudhu’i/Tematik
yaitu penafsiran Al-Qur’an dengan cara memilih topik tertentu lalu dicarikan
ayat-ayat yang berhubungan agar satu dengan yang lain saling menjelaskan.
B. Posisi Hadist dalam Studi Islam
Hadis secara bahasa memiliki
makna baru (jadid) atau berita (khabar). Term hadis dalam Al-Qur’an disebutkan
dalam berbagai tempat dan kesemuanya merujuk pada makna khabar. Hadis dari segi
bentuknya dibagi menjadi tiga yaitu hadis qauliy (perkataan), hadis fi’liy
(perbuatan) hadis taqririy (persetujuan).
Selain term hadis, adapula term
lain yang digunakan sebagai pembanding term hadis antara lain:
1.
Sunnah
Sunnah secara bahasa mempunyai
pengertian perjalanan, kebiasaan baik atau buruk ketentuan ilahi dalam mengatur
makhluk-nya.
2.
Khabar
Khabar secara bahasa memiliki
pengertian sesuatu yang dinukil dan dibicarakan atau berita yang disampaikan
dari satu orang ke orang lainnya.
3.
Atsar
Atsar
secara bahasa yaitu jejak atau bekas.
C. Pandangan Teologi tentang Al-Qur’an dan Hadis
Teologi adalah ilmu yang membicarakan
tentang Tuhan dan pertaliannya dengan manusia baik berdasarkan kebenaran wahyu
atau berdasarkan penyelidikan akal murni. Karena pandangan hidup (teologi)
seorang muslim berdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah maka yang menjadi dasar
/fundamental dalam studi islam adalah al-Qur’an dan Hadis itu sendiri. al-Qur’an
diyakini mengandung kebenaran yang mutlak yang bersifat transisdental,
universal dan eternal (abadi). Sehingga secara akidah diyakini oleh pemeluknya
akan sesuai dengan fitrah manusia artinya memenuhi kebutuhan manusia kapanpun
dimanapun.
BAB XII
MACAM – MACAM PENDEKATAN DALAM
STUDI ISLAM [1]
A. Pendekatan Sosiologis
Sosiologis adalah ilmu yang mempelajari
hidup bersama dengan masyarakat dan menyelidiki ikatan – ikatan manusia yang
mengusasai hidupnya. Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan
dalam memahami agama, karena banyak kajian dalam bidang agama yang baru dapat
dipahami secara proposional dan tepat apabila menggunakan ilmu sosiologi. Pendekatan
sosiologi dapat di bedakan dari pendekatan studi agama lainya karena fokus
perhatianya pada interaksi antara agama dan masyarakat.
B.
Pendekatan Historis
Sejarah berasal dari kata Arab syajarah (pohon) dan history dalam
bahasa inggris yang berarti cerita atau kasih. Kajian dengan objek peristiwa
yang terjadi di masa lalu secara disiplin ilmu harus menggunakan pendekatan
sejarah, adapun karakteristik sejarah sebagai pendekatan, yaitu sebagai sebuah
kerangka metodologi di dalam pengkajian atau sesuatu masalah. Agama dan sejarah
tidak dapat di pisahkan.Sebab, sejarah manusia sesungguhnya adalah sejarah
agama.
Sejarah sebagai ilmu tentu saja
mempunyai metode sendiri, yang harus digunakan oleh seorang sejarawan dalam
menulis sesuatu peristiwa.Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis
atau memanjang dalam waktu. Seorang sejarawan dapat menggunakan model
penulisan.
Melalui pendekatan sejarah seorang diajak
untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan peristiwa. Dengan
menggunakan pendekatan sejarah ada lima teori yang digunakan, yaitu :
1. idealisme
approach
2. Reductionalist
approach
3. Diakronik
4. Sinkronik
5. Teori
Pendekatan sejarah pada hakekatnya
merupakan upaya melihat masa lalu melalui masa kini dengan :
1. Pemilihan
Topik
2. Pengumpulan
Sumber
3. Verifikasi
4. Interpretasi
5. Penulisan
C. Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis sebenarnya
sama dengan pendekatan psikologis Islam, perbedaannya hanya pada beberapa
dasarnya dan ruang lingkup nya yang lebih sempit. Pendekatan psikologis
bertujuan untuk menjelaskan keadaan jiwa seseorang.
Bab
XIII Macam-macam Pendekatan Studi Islam.
A.
Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif
dalam pemahaman keagamaan adalah pendekatan studi Islam yang memandang masalah
dari sudut legal formal dan atau normatifnya.Maksud legal formal adalah
hubungan dengan halal-haram, boleh atau tidak, dan sejenisnya. Sementara
normatifnya adalah seluruh ajaran yang terkandung dalam nash. Pada hakekatnya,
ilmu Teologi membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan logika dan
filsafat. Adapun pembahasan yang diusung dalam aliran teologi dalam dunia Islam
menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1.
Konsep Iman
2.
Konsep Keesaan
3.
Konsep Kehendak Mutlak Tuhan
4.
Konsep Kehendak Bebas Manusia
5.
Konsep Keadilan Tuhan
6.
Konsep Kasb Manusia
7.
Konsep Melihat Tuhan di Akhirat
8.
Konsep Janji dan Ancaman Tuhan
9.
Konsep Urgensi Wahyu
10. Konsep
Status al-Qur’an
B.
Pendekatan Filologis
Filologis berasal dari kata dalam
bahasa Yunani, yaitu kata “philos” yang berarti “cinta” dan “logos” diartikan
“kata”. Pada kata “filologis” kedua kata itu secara harfiyah membentuk arti
“cinta kata-kata” atau “senang belajar” atau “senang kebudayaan”. Sedangkan
dalam bahasa Arab, filologi adalah ilmu tahqiq
an-nushush (penelitian untuk mengetahui hakikat suatu tulisan).Kegiatan
filologi yang menitik beratkan pada bacaan yang salah ini disebut dengan filologi tradisional. Beberapa langkah
yag harus dilakukan dalam hal ini adalah:
1.
Inventarisasi Naskah
2.
Deskripsi Naskah
3.
Pengempolokan dan Perbandingan Teks
4.
Transliterasi
5.
Terjemahan
6.
Analisis
C.
Pendekatan Hukum Islam
Istilah “Hukum Islam” merupakan
rangkaian kata yang popular dan dipergunakan dalam bahasa Indonesia. Dalam
pembicaraan tentang hokum Islam yang terdapat dalam literature bahasa Arab
adalah “fiqh” dan “syariat” atau “hokum syara”. Para ahli hokum Islam
mendefinisikan fikih adalah ilmu pengetahuan tentang hokum-hukum syara’ yang
bersifat operasional (amaliyah) yang dihasilkan dari dalil-dalil yang
terpecaya.
Perkembangan
hokum islam sendiri terbagi menjadi empat periode:
1. Periode
Rasulullah
2. Periode
Sahabat
3. Periode
Ijtihad
4. Periode
Taqlid
D.
Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologi tidak
dapat dipisahkan dari disiplin ilmu Antropologi karena pendekatan banyak
mengadopsi dari disiplin ilmu tersebut. Antropologi sendiri secara etimologis
berasal dari bahasa Yunani , yaitu kata anthropos
yang berarti “manusia” atau “orang”, dan logos yang berarti “wacana” (dalam
pengertian “bernalar”, “berakal”) antropologi mempelajari manusia sebagai
makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Langkah dan tahapan pendekatan antrologi dalam studi Islam memiliki
empat ciri fundamental :
1. Deksriptif
2. Local
praktis
3. Kertekaitan
antar domain kehidupan secara lebih utuh
4. Komparatif
E. Penggalian data
Penggalian
data dalam penelitian agama dapat menggunakan kamar fenomenologi. Tujuan dari
fenomologi adalah tercapainya kesadaran murni tentang suatu hal kepada subjek
yang mengamati dan mendekatinnya.