Nama :Indah Permatasari
NIM : 931405016
Dosen Pengampu: Ana Fadilah,Lc,MA.
Hadist Jual Beli dan Riba
A.
Jual-beli
1.
Pengertian Jual-Beli
Jual-Beli dalam
bahasa arab terdiri dari dua kata yang mengandung makna berlawanan yaitu Al-Bai’ yang artinya jual dan Asy syira’a yang artinya beli. Dengan
demikian, jual beli adalah penukaran harta (dalam pengertian luas) atas dasar
saling rela atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan antara dua
pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka.
2.
Hukum Jual-beli
Sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 275
yang artinya :
Hadits
“
Dari Rifa’ah bin Rafi sesungguhnya Nabi Saw pernah ditanya, pekerjaan apakah yang
paling baik, Rosulullah menjawab : seseorang yang bekerja dengan tangannya
sendiri dan tiap-tiap jual beli yang mabrur (dengan cara halal dan baik).
Memperhatikan ayat dan hadits tersebut dapat diambil pengertian
bahwa jual beli, berdagang atau membuka jenis-jenis usaha produksi dibidang
ekonomi, dibenarkan bahkan dianjurkan
dalam islam.
Syariat Islam menggariskan beberapa hukum jual beli yaitu :
a.
Mubah,
artinya jual beli itu boleh, ini merupakan hukum asal jual beli.
b.
Sunnah,
yaitu jual beli yang dilakukan terhadap orang yang sangat membutuhkan barang
yang diperjualbelikan itu,
c.
Wajib,
yaitu menjual harta peninggalan orang tuannya untuk melunasi hutang-hutangnya
ketika masih hidup
d.
Haram,
yaitu jual beli yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang melanggar dari
syariat Islam, misalnya : penipuan, mengicuh dan lain sebagainya.
3.
Hadits-hadits tentang Jual-beli
عن عبد الله بن عمر ر ضي ا لله عنهما
عن ر سو ل ا لله صل ا لله عليه و سلا م : أ نه قا ل إ ذ ا تبا يع الر جلا
نن فكا ل وا حد منهما با لخيا ر ما لم يتفر قا و كا ن جميعا أو يخير أ حد هما الآ
خر فتبا يعا على ذ لك فقد و جب البيع وإن تفرقا بعد أ ن يتبا يعا ولم يتر ك
واحد منهما البيع فقد و جب البيع
“
Dari Abdullah bin Umar r.a, dari Rosulullah SAW, beliau bersabda,jika dua orang
saling berjual-beli, maka masing-masing diantara keduannya mempunyai hak pilih
selagi keduanya belum berpisah, dan keduanya sama-sama mempunyai hak, atau
salah seorang diantara keduanya memberi pilihan kepada yang lain lalu kedua nya
menetapkan jual beli atas dasar pilihan itu maka jual beli menjadi wajib.”
“
Ada hadis yang semakna dari hadist Hakim bin Hizam, dia berkata, Rosulullah SAW
bersabda, dua orang yang berjual beli mempunyai hak pilih selagi belum
berpisah, atau beliau bersabda, Hingga keduannya saling berpisah, jika
keduannya saling jujur dan menjelaskan, maka keduannya saling menyembunyikan
dan berdusta, maka barakah jual beli itu dihapuskan.”[2]
B.
RIBA
1.
Pengertian Riba
Riba menurut Kamus bahasa arab berarti penambahan,
pertumbuhan, kenaikan dan ketinggian, kelebihan. Kata riba juga telah dicakup
dalam kata Usury dalam bahasa inggris. Usury diartikan dalam
bunga yang terlalu tinggi atau berlebihan.
Secara etimologis, riba berarti
perluasan, pertambahan dan pertumbuhan. Baik berupa tambahan material maupun inmaterial,
baik dari jenis barang itu sendiri maupun dari jenis lainnya. Pada masa
pra-islam, kata riba menunujukkan suatu jenis transaksi bisnis tertentu, dimana
transaksi tersebut mengindentifikasikan jumlah tertentu dimuka (fixed
amount) terhadap modal yang digunakan. Secara garis besar riba terjadi pada
utang-piutang dan jual beli
Riba menurut syaria’at dalam Al-Qur’an, Allah
berfirman :
“ Orang-orang yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan Jual-beli dan mengharamlan riba.....” (Al-Baqarah :275) [3]
Selain itu juga
Allah berfirman :
“ Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.....”(Al-Baqarah : 276).
Dan Allah juga berfirman :“Dan
tinggalkan lah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang yang beriman.
Jika kalian tidak mengerjakannya (meninggalkan riba ), maka ketahuilah bahwa
Allah dan Rosul-Nya akan memerangi kalian ” ( al-Baqarah : 278-279)[4]
Adapun dalil
yang terkait dengan perbuatan Riba, ini berdasarkan Al-Qur’an. Diantara ayat
tentang riba sebagai berikut.
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan .” ( Q.S Ali Imran
:130)
“ Dan sesuatu Riba (tambahan ) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalannya). (QS.
Ar-Rum:39).
2.
Hadist tentang Riba
عن أ بي سعيد الاخد ر ي قال ر سو ل الله صلى الله عليه و سلم الذ هب ب
لذ هب وا لفضة ب لفضة و البر ب لبر و
الشعر بالشعر و لتمر بالتر و الملح بالملح مثلا بمثل يد ا بيد فمن ز اد بيد فمن زا
د او استز اد فقد ار بى الا خد و المعطى فيه سوا ء
“Diriwaytkan oleh Ibnu Sa’id al-khudry bahwa Rosulullahbersabda :
“emas hendaklah dibayar dengan emas. Perak hendaklah dibayar dengan perak.
Gandum dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam dengan
garam, bayaran harus dari tangan ketangan(cash), barang siapa pemberi
tambahanatau memiliki(penerima) tambahan, sesungguhnya ia telah berurusan
dengan riba, penerima dan pemberi sama-sama salah”. (HR. Muslim)[5]
3.
Hukum
Riba
Riba hukumnya haram dan
Allah melarangnya sebagaimana yang telah dijelaskan diatas dalm surah
Al-Baqarah ayat 275.
“
Orang-orang yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya
jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan Jual-beli dan
mengharamlan riba.....”(QS.
Al-baqarah:2(275)
4. Dampak melakukan Riba
“Dari Jabir r.a. Rosulullah telah melaknat
(mengutuk) orang yang memakan Riba, wakilnya, penulisnya, dan dua saksinya.” (HR. Muslim).[6]
“ Dari Abdullah Ibnu Mas’ud r.a
bahwa Nabi SAW bersabda : “ Riba itu mempunyai 73 pintu, yang paling ringan
ialah seperti seorang laki-laki menikahi ibunya dan Riba yang paling berat
ialah merusak kehormatan seorang Muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan”. Para sahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah,
sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, memakan
riba, makan harta anak yatim, kabur dari medan peperangan dan menuduh seorang
wanita mu’min yang suci berbuat zina”. (Bukhari, Bab Ramyul Muhsanat, No. 6351)
“Dari Ibnu
Mas’ud dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidaklah
seseorang yang memperbanyak riba, melainkan akhir perkaranya akan merugi”. (Ibn Majah, bab
Taglidh fir riba, no 2270).
5.
Aplikasi Riba dalam
kehidupan sehari-hari
-
Misalnya seperti ini, Ani
ingin meminjam uang ke ana. Na, minjem duit
dong Rp.50.000, lalu Ana menjawab, BOLEH asalkan dengan syarat kamu
mijetin aku sejam. Nah, dari hal seperti itu sudah termasuk riba. Jadi selain
Ani harus membayar uang Rp.50.000, Ani juga harus memijet Ana selama satu jam.
Dengan tambahan syarat sebuah pijitan saja HARAM apalagi ditambah Uang.
-
Misalkan seperti ini, Aku
jual Jam ini kepada kamu Rp.50.000 kontan tapi kalo Kredit Rp.55.000.” namun
ketika berpisah ia tidak bersepakat dalam satu harga, apakah akan mengambil
yang Kontan atau Kredit. Jadi antara penjual dan pembeli bersepakat dalam
transaksi tanpa menentukan penjualan mana yang akan diambil.
[1] Asy-Syafi’i, Imam Syafi’i, Pembahasan Shalat, Jual –Beli SUNAN
SYAFI’I Jilid 1
[2] Kathur Suhardi, Edisi
Indonesia : Syarah hadist pilihan Bukhari
Muslim, (jakarta : Darul Falah, 2002), hal. 580
[3] Achmad Sunarto, Imam Nawawi,
Terjemah RIYADHUS SHALIJIN Jilid 2 (Jakarta : Pustaka Amani, Cet.Iv, Rabiul
Awal 1420 H/ Juli 1999 M ) hal. 492
[4] Achmad Sunarto, Imam Nawawi,
Terjemah RIYADHUS SHALIJIN Jilid 2 (Jakarta : Pustaka Amani, Cet.Iv, Rabiul
Awal 1420 H/ Juli 1999 M ) hal.492
[6] Achmad Sunarto, Imam Nawawi,
Terjemah RIYADHUS SHALIJIN Jilid 2 (Jakarta : Pustaka Amani, Cet.Iv, Rabiul
Awal 1420 H/ Juli 1999 M ) hal.493
Tidak ada komentar:
Posting Komentar